بسم الله الرحمن الرحيم
Alkissah pada zaman dahulu kala hidup seorang pemuda tampan bernama Suta. Untuk menghidupi dirinya, Suta bekerja sebagai seorang kacung di Kadipaten Kutaliman, Banyumas,. Tugasnya adalah merawat sekaligus membersihkan kandang kuda milik Adipati Kutaliman. Oleh karena dia adalah seorang baik dan jujur, maka selama bekerja tidak pernah mendapatkan masalah yang berarti.
Bagaimana ceritanya? Langsung saja kita lihat di alamnya :
Suta : Hee penonton, maen ke karang pucung nangkep ikan, walaupun gue kacung tapi gue ganteng kan?… gue kerja dulu ya penonton?. (nyapu kandang kuda)
Adipati : (jalan-jalan di kandang kuda nya), ohh.. bagus-bagus (sambil mengangguk-angguk), Suta… kesini, saya mau ngomong.
Suta : Sendiko dawuh paduka,,, (menghadap), ada apa baginda?
Adipati : kerja kamu bagus, setiap hari kandang kudaku bersih selalu, tidak salah kudaku sehat-sehat.
Suta : wah baginda bisa saja, tidak kok, kalo kuda baginda sehat itu kan karena takdir sang Hyang Kuasa.
Adipati : karena kerja kamu bagus, aku kasih hadiah.
Suta : Maturnuwun gusti, kalo boleh tau apa hadiahnya gusti?
Adipati : setiap hari pasaran manis aku bolehkan kamu untuk berjalan-jalan di daerah Kutaliman ini, bagaimana?.
Suta : wahh maturnuwun sanget paduka, semoga sang hyang kuasa menambah rejeki paduka.
Adipati : ya ya, saya ada urusan lagi Suta? Teruskan pekerjaanmu Suta, (Adipati pergi).
Dengan titah dari adipati tersebut, setiap hari manis ia sempatkan untuk berjalan-jalan di wilayah-wilayah Kadipaten Kutaliman, karena wilyahnya yang luas maka Suta memutuskan untuk mengunjungi satu persatu wilayah tersebut. Singkat cerita saat berada di wilayah terakhir yang ia kunjungi yakni Desa Jatisaba ia mendengar sesuatu, apa yang ia dengar?, kita dengar di TKP.
Putri Aghni : Tolong… tolong…. Siapa saja tolong saya…. (badan di lilit ular besar).
Suta : sepertinya aku mendengar suara orang minta tolong? (dia mencari sumber suara) itu ternyata..
Dalang : stop…. Dengan gagah berani Suta melawan ular raksasa tersebut yag ternyata seorang siluman, namaya Siluman Ula Weling, bertarunglah Suta dengan siluman Ula Weling.
Suta : hey siluman tengik jangan kau ganggu perempuan, jika kau masih punya nyali lewati dulu mayatku.
Ula Weling : ki sanak mengganggu saja usaha saya mencari makan, atau tampaknya ki sanak ingin memberikan tubuh kekar ki sanak untuk saya sarapan juga?.
Suta : jangan banyak bacot kau !, ayo kita buktikan siapa yang akan terlebih dahulu mencium tanah.
(Suta dan Ula Weling bertarung, dan Suta menang).
Suta : (mendekati Putri Aghni) Jenganten tak apa?,
Aghni : ya tak apa. (pandang-pandangan, lagu pandangan pertama)
Suta : mari saya bawa Jenganten ke Tabib Wisnu (Suta membopong Aghni)
Aghni : (mengangguk lemah) iyaa…
Sejak pandangan pertama itu bersemilah benih-benih asmara di lubuk hati kedua anak manusia itu, meski mereka tak menyadari kejamnya status sosial sedang mengintai untuk mencoba hubungan mereka kelak.
(Di rumah Tabib Wisnu)
(Tabib Wisnu mengobati Aghni dan Suta Nampak bingung)
Suta : bagaimana dengan keadaan jenganten ini tabib? Apakah dia bisa selamat?.
Wisnu : kelakuan sampeyan seperti orang sedang jatuh cinta saja,
Suta : tidak lah, aku hanya seorang kacung, gadis mana yang bersedia menikah dengan batur.
Wisnu : jadi sampeyan belum tau siapa yang sampeyan tolong?
Suta : ya saya belum tau, yang penting menolong gitu.
Wisnu : Sampeyan memang orang baik, dia dalah Putri Adipati Kadipaten Kutaliman, Putri Aghni namanya, ia adalah putri tunggal sang raja.
Suta : astaga!!! Yang benar saja?
Wisnu : ya benar…
Suta : ya sudah saya pamit dulu ki, ini uang 50 keping buat ongkos jenganten pulang dan ongkos obat, kalau lebih anggap saja uang trimakasih dari saya atas informasinya.
…
Setelah itu pulanglah Suta ke rumahnya, hari-harinya kini diselimuti gundah yang tak terkira, ia lebih banyak melamun, layaknya orang jatuh cinta, makan tak enak tidur tak nyenyak.
Pada suatu hari.
(Di dekat kandang Kuda).
Suta dan Aghni : Lewat dan tabrakan dan (lagu kuch2 ho ta hai).
Raja : (Raja datang dan musik mati) Aghni masuk rumah !!!, Suta, bawa kudaku “si Bledeg” ke kandang.
Suta dan Aghni : berpandangan dan bilang (sendhiko dawuh romo/paduka)
Suatu hari ada seorang prajurit datang menghadap raja, tampaknya dia membawa kabar penting, kabar apakah itu?
Prajurit : Nuwun sewu gusti, saya ada kabar buruk gusti,
Adipati : kabar apa? Coba katakan!!!
Prajurit : anu…. Anu… anu…
Adipato : ada apa dengan anumu?
Prajurit : Putri tadi siang jalan-jalan sama bathur paduka si Suta.
Adiapti : apa!#?????, baturku berani-beraninya mendekati putri semata wayangku? Akan ku penggal kepalanya, aku kasih ke anjing kurapan!!!
Prajurit : ya hanya itu gusti, kulo izin pamit.
Adipati : ya, panggil Suta ke sini, aku ingin memenggal kepala bathur tak tau diuntung itu!.
Prajurit : sendiko dawuh gusti.
Baru saja sang prajurit undur diri, Suta dang menghadap dengan sendirinya tanpa disuruh oleh siapapun, apa maksud kedatangannya?.
Adipati : ada apa Suta?.
Suta : jadi begini…..
Adipati : kalau ngmong yang jelas!!
Suta : jadi begini, datangan hamba kesini bermaksud baik, pertama hamba yakin sepenuhnya bahwa derajat baginda dan putri baginda Putri Aghni jauh di atas derajat hamba, tapi di lain pihak hamba yakin baginda tak pernah memandang seseorang dari kedudukan dan pangkat.
Adipati: ya saya tau, ayo terus terang, jangan kebanyakan ngalor ngidul!.
Suta : jadi saya berniat melamar putri Aghni untuk saya sendiri.
Adipati: apa?!! Bisa-bisanya akal ngawur seperti ini merasuki kepalamu suta!, bisa-bisanya batur jatuh cinta kepada raden nya?, bangun Suta bangun, mimpimu terlalu indah. Walaupun langit yang luas itu jatuh menimpaku aku tak akan mengabulkan permintaan yang menghina martabat aku dan Kadipaten Kutaliman ini. Prajurit sered batur tak tau malu ini ke penjara, penggal lehernya sesegera mungkin!!!.
2 Prajurit : sendiko dawuh gusti, (menyeret Suta ke penjara)
Suta : tapi baginda… baginda… (sambil diseret menuju penjara)
Masuklah Suta ke penjara karena keberaniannya menyatakan cinta, berita dipenjarakan batur kadipaten Kutaliman ini segera menjadi topik pembicaraan di seantero kadipaten sederhana itu, meskipun dihalangi setengah mati namun akhirnya kabar itu sampai ke telinga putri Aghni. Bagaimana keadaan Putri Aghni mengetahui kekasihnya berada du jeruji besi?. Langsung kita lihat di TKP
Aghni : (menangis) kenapa ayahanda tega melakukan itu pada Suta? (marah-marah sendiri)
Adipati : (tiba-tiba datang) ada apa anakku? Kenapa menangis
Aghni : Tentunya yang bertanya lebih tau dari pada yang ditanya.
Adipati : Tak usahlah kau tangisi batur itu, nanti aku jodohkan kau dengan putra mahkota kadipaten Ajibarang.
Aghni : terserah ayahanda mau berkata apa, namun cintaku hanya untuk satu orang, Suta seorang.
Adipati : Kau memang keras kepala seperti ibumu dulu.
Aghni : sudahlah ayahanda, jangan mengalihkan pembicaraan
Adipati: Ya sudah, ayah hendak bertolak ke Kadipaten Ajibarang dulu. Membicarakan perjodohanmu.
Aghni ; terserah ayahanda.
Kepergian Adiapti tak disia-siakan Putri Aghni begitu saja, dengan bantuan Wisnu sang tabib yang ternyata mantan prajurit Gajahmada dulu saat menaklukan Nusantara Putri Aghni berusaha membebaskan Suta dan berencana “kawin lari” dengan laki-laki pujaannya itu.
(Putri Aghni dan Wisnu membebaskan Suta dan berhasil)
Putri Aghni dan Wisnu memapah Suta yang lemas dan membawanya ke rumah Wisnu.
Lepasnya Suta dari penjara membuat Raja bak kebakaran jenggot karenanya. Usaha apa yang ia lakukan?, langsung kita lihat..
Prajurit : Ma’af gusti tapi Putri Aghni dan Suta berhasil meloloskan diri daari kerajaan ini.
Adipati : Apa??!!! Bagaimana kerja kalian hah tak becus!!!. Aku adakan sayembara, barang siapa bisa menagkap Putri Aghni dan Suta hidup-hidup atau mati akan aku hadiahkan 5000 uang keping emas. Sebarkan sayembara ini ke seluruh penjuru kadipaten, lebih baik bagiku kehilangan putri dari pada wibawa.
Sementara Suta dan Putri Aghni sudah berhasil lolos dari penjara dan sekarang dalam perjalanan mencari tempat yang aman untuk bersembunyi, yaitu lereng Gunung Slamet.
Apakah mereka sampai dengan selamat ke tempat tujuannya itu? Kita lihat bersama-sama di TKP.
(Di pasar Wage)
Suta : (membeli makanan) ki sanak saya beli “tiwul” ini, berapa harganya?
Penjual : 50 keping aden…
(di tengah transaksi itu datnglah utusan raja ke pasar wage itu untuk mengumumkan sayembara)
Utusan : Pengumuman pengumuman, adipati Kadipaten Kutaliman mengadakan sayembara. Barang siapa bisa menangkap putri adipati, Putri Aghni dan Suta hidup-hidup atau mati akan dihadiahi 5000 uang keping emas… sekali lagi 5000 keping emas. TRIMAKASIH.
Penjual : wah wah seandainya aku yang memenangkan sayembara itu ya den?
Suta : haha… ya iyah pasti langsung jadi orang kaya yah?.
Setelah membeli bekal seadanya, Suta dan Putri Aghni bertolak menuju lereng Gunung Slamet yang terkenal dengan keindahan alamnya, namun sebelum sampai ke lereng itu mereka terlebih dahulu harus melewati hutan larangan, apakah mereka berhasil?
(di tengah hutan)
Aghni : kakanda adinda capai, istirahat dulu yah? (tiba-tiba seekor ular menggigit kaki sang putri) aduh…… kakiku sakit kakanda nampaknya aku digigit ular.
Suta : astaga, sepertinya ini ular berbisa adinda. Tap tenang yah Kakanda pergi mencari obat dahulu.
Agni : iya
(Suta pergi mencari obat dan menemukannya. Mengobati Aghni dan menggendongnya)
Akhirnya setelah menempuh perjalan 4 hari 4 malam sepasang kekasih tangguh ini sampai di tempat impian mereka.
Aghni : waw… tempatnya indah sekali kakanda, adinda bersedia jika kita mendirikan gubuk kita disini. Disini adinda akan membesarkan anak-anak kita nanti.
Suta : iya, kakanda yakin suatu hari nanti tempat ini akan menjadi tempat priamdona yang dikunjungi orang dari berbagi tempat.
Akhirnya Suta dan Aghni menetap di lereng Gunung Slamet tersebut, mereka beranak pinak dan jadilah tempat itu sebuah pemukiman dan tempat pariwisata yang kini disebut Baturaden. Nama yang berasal dari dua kata yakni batur yang artinya kacung dan raden yang berarti majikan.
-SEKIAN-
Mas Rifqi saya Priyo dari RRI Purwokerto, boleh minta contactnya?
083829005006 (WA)
Terimakasih