Malamku terang-benerang
Mata ini sukar terpejam,
Tersinari pesonamu
Terhiasi ketidakberanianku
Bulu mata “ndamar kanginan”mu terus menggelayut di angan
begitu dekat, namun tak kasat mata,
mendadak ia jauh, begitu jauh
dan tak terlihat
dipisahkan ketidaktahuan,
diceraikan prasangka
Jilbabmu yang merah muda masih terasa desir kibarannya
menyentuh bahuku yang begitu rapuh,
seakan ia tak pernah utuh
Hari belum memeluk ramadan
Namun aroma parfummu sudah sekian lama beri’tikaf di hidungku jika benar ia punya ingatan:
berdzikir di saraf pembau
melekat, tak terpisahkan
ia mendapat tempat berkat lobi bala kurawa setan
Malamku begitu panjang dan menyiksa:
Aku disiksa rindu,
dicemooh nasib
ditertawakan takdir
diteriaki dungu oleh kenyataan
Malamku tak pernah mengijinkanku tuk undur diri
begitu kuberpamitan,
spontan aku dihadang,
oleh senyummu yang renyah
tatapanmu yang legit
dan matamu yang tawar namun menenggelamkan
Aku dan semua armada kesadaranku karam!
Kami tenggelam dan sukar kembali ke permukaan
Tolong aku!
Siapa saja yang berkenan
Aku kepayahan!
Ciputat, 9 Maret 2019
Leave a Reply