Kita berteriak: “NKRI Harga Mati!”
Namun di depan tahta,
Negara tak lagi berharga
Republik pun dibiarkan mati
Kita berteriak: “Pancasila Sakti”
Namun di depan harta,
Pancaindera mendadak terkena malfungsi
Sila-sila sakti mati
Kita berteriak: “NKRI Bersyari’ah”
Tetapi bersikap ramah kita ogah
Berbeda sedikit, dedah!
Takbir tak lebih hanya di bibir
Tuhan begitu lembut, kita begitu lacut
Tuhan begitu sabar, kita selalu beradu kekar
Kita berteriak: “ Khilafah Adalah Solusi”
Tetapi kita selalu merasa benar sendiri
Predikat kafir terlalu murah untuk diobral
Segala cara diperbuat meski amoral
Tindak-tanduk semakin binal
Semuanya dipersembahkan untuk perintah doktrinal
Kita berteriak “Kembali ke Quran dan Sunnah”
Quran yang mana?
Qur’an yang kau hafal ayat-ayatnya untuk mengkafirkan orang yang berbeda?
Sunnah yang mana?
Sunnah yang perkosa artinya agar sesuai dengan tingkah-lakumu?!
Kita berteriak: “Cinta Tanah Air Sebagian dari Iman”
Tanah air yang mana?
Tanah yang gemah ripah loh jinawi tetapi dikuasai oligarki
Atau tanah luas tempat empunya diperbudak di kampung sendiri?
Kemudian air yang mana?
Maksudmu lautan sampah tempat ikan meregang nyawa kemudian punah?
Kita berteriak: “Free Palestine!”
Dan tak ketinggalan memaki Israel dan Amerika
Haus setelah memaki, kita minum Coca-Cola
Tak lupa mengunggah foto aksi di beranda
Fotonya bagus karena hasil jepretan kamera
ponsel berlogo apel yang digigit sedikit saja
Kita berteriak: “Bela Rakyat!”
Maksudmu rakyat yang kau biarkan melarat?
Kita lebih memilih restoran cepat saji daripada Warteg Yu Siti
Kita condong ke kopi dalam gelas bernama daripada kopi hitam warkop bersahaja
Terlalu banyak yang kita teriakkan
Terlalu sedikit yang kita lakukan
Semboyan hanya tinggal semboyan
Ia telah mati bersama sang tuan
Peneriaknya mungkin bertambah banyak
Tetapi mereka bak riak
banyak dan berserak
Namun cepat hilang diterkam ombak
Leave a Reply