Mentari Minggu yang bersinar ceria di luar sana, sinarnya malu-malu mengintip dari celah-celah kamarku, Hari Minggu yang ceria aku isi dengan mengerjakan pekerjaan rumah yang Hari Sabtu kemarin guruku berikan, walaupun tugas itu baru harus dikumpulkan Hari Kamis yang akan datang, tapi rasanya lega kalau sudah menyelesaikannya jauh sebelum tugasku jatuh tempo.
Kamarku yang sederhana namun cukup nyaman dan rapi terusik sedikit dengan lantunan musik dari laptop yang baru menghuni kamarku 3 minggu yang lalu, rasanya senang sekali dibelikan laptop, sebenarnya dari tahun lalu aku sudah meminta dibelikan laptop karena tugas-tugas sekolahku yang sering menuntutku menggunakan laptop untuk mengerjakannya, tapi orang tuaku baru berkenan membelikannya 3 minggu yang lalu, itu pun karena Pak Candra, tetangga rumah kami membelikan laptop anaknya sehari sebelum bapak mengajakku ke dealer salah satu perusahaan elektronik terkenal asal Korea Selatan untuk membeli laptop sesuai keinginanku. Aku tak terlalu heran mengapa sehabis bapakku mengetahui Pak Candra membelikan anaknya laptop dia langsung mengajakku ke kota untuk membeli perangkat elektronik yang bisa dikatakan lumayan mahal itu, karena sudah menjadi rahasia umum bahwa bapak dan Pak Candra adalah rival abadi, jika bapakku mengetahui Pak Candra memiliki suatu apapun yang belum ia miliki, buru-buru bapak berusaha memilikinya juga, begitu juga sebaliknya. , Cerita mengenai laptopku bukan kejadian pertama mengenai persaingan mereka, tahun lalu saat bapakku membeli mobil Pak Anto, seminggu sesudahnya Pak Candra langsung membeli mobil baru, padahal seingatku mobilnya yang lama masih sangat bagus, ia baru membelinya setengah tahun yang lalu, aku hanya bisa geleng-geleng kepala melihat persaingan mereka yang bisa dibilang persaingan yang tidak sehat. Aku pernah menegur bapak dengan cara selembut yang aku bisa, namun hasilnya nihil, justru aku dimarahin dan bapak berkata, “Tau apa Kau anak bau kencur?”, aku hanya bisa terdiam mendengar jawaban bapak yang menjengkelkan itu.
Konsentrasi mengerjakan PR seketika pecah mendengar bunyi orang tertawa di halaman, sepertinya bunyi itu tak asing di telingaku, benar saja, ternyata itu suara bapak sedang mentertawai sesuatu, aku melihatnya lewat jendela kamarku sedang melihat ke halaman rumah Pak Candra yang sedang ramai dengan orang-orang berbadan kekar dan berbaju hitam, mereka mengambil hampir semua yang berharga dari dalam rumah Pak Candra seperti lemari pendingin, televisi, astaga, motor, perhiasan, laptop, bahkan jam dinding yang harganya tak seberapa juga ikut-kutan diangkat, tak lama berselang datang Pak Karta, lelaki tua kaya namun tamak yang sering dijuluki lintah darat, ia dijuluki begitu karena kebiasaannya yang begitu buruk, pada awalnya ia berlaku sangat baik kepada orang yang sedang membutuhkan uang, ia menawari pinjaman dengan bunga selangit. Setelah mangsanya tak berdaya ia ambil apa saja yang berharga dari rumah korbannya, “sungguh biadab..” pikirku dalam hati. Aku rasa hal itu juga yang terjadi pada Pak Candra, setibanya Pak Karta di halaman rumah Pak Candra, Pak Candra langsung bersujud di telapak kaki Pak Karta, namun apa yang terjadi?, dengan tak berperi kemanusiaan Pak Karta menendang tubuh Pak Candra, aku tak tahan melihat itu semua
😀